Firdaus AN dalam sebuah bukunya “Dosa dosa politik” , ia mengatakan
,” Ketuhanan Yang Maha Esa itu, sudahkah sesuai dengan ajaran Islam ? “
Benarkah demikian? Mari kita bicara sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
Ketuhanan adalah kata imbuhan dengan awalan ke …Tuhan …dan akhiran an. Kata yang seperti itu ada dua arti. Pertama, berarti menderita. Seperti kedinginan, menderita dingin; kepanasan, menderita panas. Kehausan, berarti menderita haus, dan sebagainya.
Kedua, berarti banyak. Ketumbuhan, banyak yang
tumbuh, seperti penyakit campak atau cacar yang tumbuh di badan
seseorang. Kepulauan, banyak pulau. Ke-tuhan-an , yang berarti banyak
tuhan.
Jadi kata Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Contradictio in Terminis
(pertentangan dalam tubuh kata kata itu sendiri). Mana mungkin banyak
tuhan disebut yang Maha Esa ?.
Dalam bahasa Arab, itu disebut “Tanaqudh” (pertentangan awal dan akhir).
Logika ini jelas tidak sehat, bertentangan dengan kaidah ilmu bahasa.
Jelaslah , kata ketuhanan itu syirik. Dan kalau yang dituju itu memang
Tauhid, maka rumusannya yang tepat adalah “Pengabdian kepada Allah Yang
Maha Esa.
Tetapi Presiden Suharto yang tercatat pada harian Kompas tanggal 21
Mei 1991 mengatakan, “Jangan masukkan nilai dari paham lain ke dalam
Pancasila”
Paham lain dimaksudkan salah satunya adalah paham Islam
- Firdaus AN- (KH)
0 komentar:
Posting Komentar