Menuntut ilmu memang membutuhkan sekali keteguhan. Terkadang kita
dihadapkan oleh godaan – godaan yang bisa membuat kita goyah. pada
acara “Indonesia Bertadabbur Al-Qur’an” (2/06/2013) terjadi peristiwa
unik yang dapat kita ambil hikmahnya.
Saat itu yang menjadi pembicara adalah Syekh Naseer Al Omar. Beliau
adalah sekretaris jenderal Ikatan Ulama Muslim Sedunia yang berkedudukan
di Sudan dan ketua Lembaga Tadabbur al-Qur’an Internasional. Tentunya
acara ini adalah kesempatan yang luar biasa bagi umat islam di Indonesia
untuk dapat menimba ilmu dari beliau.
Ditengah acara tiba-tiba ada seseorang jama’ah yang maju kedepan
mencoba mengambil mic penerjemah , tampaknya orang itu ingin mengacaukan
jalanya acara. Sontak langsung saja beberapa panitia dan jama’ah lain
mengamankan orang tersebut untuk pergi dari masjid istiqlal. Syekh
Naseer dengan tenang hanya bilang “Semoga saudara kita disembuhkan”,
“Semoga saudara kita disembuhkan.”
Penulis yang hanya melihat dari kejauhan hanya kebingungan atas
kejadian tersebut, dan terlintas dalam pikiran penulis “Sebenarnya apa
yang terjadi?” Rasa penasaran ini tampaknya tidak hanya dirasakan oleh
penulis karena para jamaah yang jauh dari panggung pasti memikirkan hal
yang sama.
Orang yang mencoba mengacaukan acara tadi berteriak-teriak ketika
dipaksa keluar oleh beberapa panitia dan menimbulkan kehebohan. Tidak
jelas apa yang di ucapkan orang tersebut tetapi hal tersebut cukup
membuat lumayan banyak jama’ah beranjak dari pengajian dan pasti dengan
tujuan untuk mencari tahu.
Syekh Naseer ternyata tetap melanjutkan ceramah beliau seolah-olah
tidak terjadi apa-apa.namun tidak sedikit jama’ah yang beranjak pergi
untuk mencari tahu kehebohan tadi. Kejadian ini mengingatkan penulis
pada kisah Yahya ibnu Yahya dari Andalusia yang menuntut ilmu kepada
imam Malik di Madinah.
Pada suatu waktu tibalah sekelompok rombongan yang entah berasal dari
mana membawa gajah. pada saat itu gajah merupakan binatang yang masih
asing di Madinah. Murid-murid Imam Malik pun berhamburan keluar ingin
melihat gajah tersebut. Maklum mumpung ada kesempatan langka, maka meski
saat itu sedang berlangsung suatu majelis, keluarlah murid-murid Imam
Malik, kecuali satu orang yang tak beranjak dari tempat duduknya
sedikitpun.Hingga semuanya keluar Yahya bin Yahya tetap ditempatnya,
seperti tak ada sesuatu yang menarik di luar sana.
Imam Malik kemudian mendekati Yahya, “Mengapa engkau tidak keluar
juga untuk melihat gajah?” tanya Imam Malik. Yahya menjawab, ” Aku
jauh-jauh datang dari Andalusia untuk menuntut ilmu, bukan untuk melihat
gajah.” Imam Malik sangat kagum pada pemuda ini, yang mengutamakan ilmu
dari pada kesenangan sesaat di luar sana, dan karena keteguhan Yahya
ini beliau menggelarinya ‘aqilu Andalus’
Ketepatan Yahya dalam memprioritaskan ilmu dibandingkan kesenangan
sesaat menontot gajah wajib untuk kita teladani. Ia dapat memilah mana
yang jauh lebih bermanfaat ketika dihadapkan dengan dua pilihan.
Beruntunglah orang-orang yang tetap duduk dan istiqomah mendengarkan
ceramah Syekh Naseer. Mereka sadar, kedatangan mereka ke masjid adalah
untuk menuntut ilmu , bukan untuk mengetahui sebab muasabab pembuat onar
itu. mereka adalah orang-orang yang tetap teguh menghadapi godaan.
“Ya Allah, yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepada-Mu.” (H.R. Muslim)
0 komentar:
Posting Komentar