Oleh: Syaripudin Zuhri
Terkadang dalam pergaulan, walaupun sudah bertahun-tahun bergaul,
tetap saja ada “senggolan-senggolan” atau “gesekan-gesekan” yang kalau
tidak dikelola dengan baik, hanya akan menambah permusuhan, bukan kawan,
apa lagi menjadi sahabat kental, jauh! Dalam kehidupan sehari-hari ,
sering kali kita menemui orang-orang dengan berbagai sifat dan wataknya
yang berbeda-beda satu sama lain. Dengan mengerti dan mempelajari
sesama manusia, kita akan dapat mudah bergaul dengan mereka, karena
akan menghadapi mereka dengan cara dan sikap yang berbeda, disesuaikan
dengan watak dan sifat masing-masing.
Bagaimanapun dalam pergaulan akan selalu saja ada perbedaan, nah
untuk menuju kebersamaan dan terjadinya persahabatan yang erat satu sama
lain, maka tulisan ini di buat, bukan perbedaannya yang kita
tonjolkan, tapi persamaannya, titik temunya. Karena bila perbedaan yang
ditonjolkan hanya akan menambah permusuhan, bukan pertemanan atau
persahabatan yang terjadi, apa lagi kalau yang dmunculkan keegoisan
masing-masing individu dan merasa paling benar sendirian, ini
tanda-tanda permusuhan diam-diam dan biasanya akan menyebar fitnah ke
mana-mana.
Semoga dengan mengetahui penggolongan manusia ini, kita akan semakin
arif dalam bergaul dengan sesama dimanapun kita berada. Penggolongan
jenis manusia ini berdasarkan pendapat pribadi dan observasi biasa,
bukan dengan penelitian yang serius, hanya berdasarkan pengamatan ketika
bergaul dengan orang-orang disekelingi dalam hidup sehari-hari. Semoga
bermanfaat dan berkenan.
Pertama adalah manusia bijak, yang tahu bahwa diri tahu,
dengan pengetahuan yang dimilikinya dia berbagi dengan sesamanya, dengan
ikhlas tanpa mengharap apapun dari orang yang diberi ilmu olehnya,
niatnya hanya karena Allah. Manusia jenis ini tak segan-segan untuk
berbagi dengan sesama, walaupun hanya satu ayat yang dia sampaikan.
Orientasi manusia bijak adalah akherat dengan tidak melupakan dunia.
Manusia jenis ini tahu betul bahwa pengetahuan yang dimilikinya hanyalah titipan Allah, amanah Allah yang harus disampaikan kepada umatNya.
Manusia jenis ini paling takut menyembunyikan kebenaran yang dia
ketahui, apalagi bila sumbernya dari al Qur’an dan Hadist. Manusia jenis
pertama adalah teladan utama, menjadi prototype ideal, karena hampir
semua jenis pengetahuan di kuasainya, mulai ilmu alam, ilmu sosial dan
humaniora , baginya ilmu adalah segalanya, tak ada hari tanpa
pengetahuan, tak ada hari tanpa membaca, tiada hari yang terlewat untuk
menambah ilmu, apa saja dipelajari dan dia kuasai, manusia jenis ini
serba bisa dalam berbagai pekerjaan, karena banyaknya pengetahuan yang
dia miliki.
Kedua adalah manusia pembelajar, yang tahu bahwa dirinya tidak
tahu, dengan mengetahui bahwa dirinya tak tahu, manusia jenis ini mau
belajar untuk mengejar ketidaktahuan yang diketahui, manusia jenis ini
selalu mau belajar pada siapapun dan belajar pada apapun. Manusia jenis
ini maunya belajar, belajar dan belajar atau belajar sepanjang hidup.
Manusia pembelajar ini terus menerus terdorong untuk belajar, karena dia
merasa betul bahwa banyak sekali yang dia tidak ketahui.
Ketiga adalah manusia sombong, yang sok tahu padahal dirinya tak tahu. Manusia jenis ini sering kali memotong pembicaraan orang lain di saat bicara atau diskusi, manusia jenis ingin menunjukkan bahwa dirinya serba tahu, padahal tidak tahu. Maka seringkali ketika memotong pembicaraan orang lain dan ternyata salah. Dan ketika salah, tidak merasa dirinya salah dan tidak mau minta maaf atas kesalahannya. Manusia jenis ini seringkali merendahkan orang lain, karena dia menganggap dirinya serba tahu. Manusia yang menyebalkan ini, seringkali “merusak’ suatu acara, karena kesombongannya itu.
Ketiga adalah manusia sombong, yang sok tahu padahal dirinya tak tahu. Manusia jenis ini sering kali memotong pembicaraan orang lain di saat bicara atau diskusi, manusia jenis ingin menunjukkan bahwa dirinya serba tahu, padahal tidak tahu. Maka seringkali ketika memotong pembicaraan orang lain dan ternyata salah. Dan ketika salah, tidak merasa dirinya salah dan tidak mau minta maaf atas kesalahannya. Manusia jenis ini seringkali merendahkan orang lain, karena dia menganggap dirinya serba tahu. Manusia yang menyebalkan ini, seringkali “merusak’ suatu acara, karena kesombongannya itu.
Keempat adalah manusia lemah, manusia jenis ini tidak tahu
bahwa dirinya tidak tahu, manusia lemah ini perlu dibangkitkan
motivasinya untuk mencari ilmu yang tidak diketahuinya, manusia jenis
ini seringkali pasif, karena dia tidak tahu apa yang mestinya dia
ketahui. Kalau dalam pekerjaan, manusia jenis ini harus selalu disuruh
atau diperintah, karena dia tak tahu apa yang mesti dia kerjakan,
padahal itu pekerjaannya. Manusia jenis ini perlu dikasihani, bukan
dimarahi,
Kelima adalah manusia tak punya semangat, manusia jenis ini
tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu dan tidak mau tahu atas
ketidaktahuannya, manusia jenis ini lebih parah jadi jenis yang ke lima,
manusia jenis ini boleh disebut “masa bodoh ” atas segala jenis
pengetahuan, untuk membangkitkan semangatnya harus ekstra keras… karena
manusia jenis ini tidak punya motivasi intern, apapun yang dikatakan
orang, dia cuekin. Nasehat orang, dianggap angin lalu. Menghadapi
manusia jenis ini perlu kesabaran luar biasa, bila dikeraskan, patah,
didiamkan bengkok !
Keenam adalah manusia yang tertipu, manusia jenis ini tahu
bahwa dirinya tahu dan merasa cukup atas pengetahuan yang dia tahu,
manusia jenis merasa sudah cukup dan dia berhenti menambah pengetahuan,
seakan semua pengetahuan sudah dimilikinya. Manusia yang tertipu ini
merasa ilmunya sudah cukup, tak perlu belajar lagi, tak perlu membaca
lagi, tak perlu menambah pengetahuan lagi, padahal masih punya waktu
untuk belajar, masih sehat, masih punya dana untuk membeli buku dan
sebagainya. Manusia jenis ini perlu diingatkan bahwa “di atas langit,
ada langit yang lain ” bahwa sepintar apapun seorang manusia, ada
manusia lain yang lebih pintar, jadi jangan merasa pintar sendiri !
Ketujuh adalah manusia merugi, manusia jenis ini kebanyakan
tidak tahunya, bahkan dirinya sendiripun tak diketahuinya, dia tak
mengenali dirinya sendiri, dari mana asalnya, mau kemana hidupnya, untuk
apa dia hidup, kemana tujuan hidupnya, semua itu tak diketahuinya. Bagi
manusia jenis ini, hidup dan mati sama aja, tak merubah apapun baginya.
Manusia yang merugi orientasinya hanya dunia, tak ada kata akherat
baginya, yang dikejar hanya kesenangan duniawi semata. Manusia jenis ini
seperti memandang fatamorga, disangka air, ternyata panas yang membara !
Manusia jenis ini perlu diberikan bimbingan dan petunjuk, agar selamat
hidupnya.
Pertanyaan sekarang, dimana posisi kita ? Mari kita mohon taufik dan
hidayahNya, semoga kita selalu berusaha untuk bisa menjadi manusia yang
bijak sekecil apapun jenisnya , insya Allah kita termasuk jenis manusia
yang dapat bermanfaat bagi manusia lainnya, itulah sebaik-baik manusia
menurut Rosulullah. Karena manusia yang terbaik menurut Rasulullah bukan
yang banyak harta bendanya, pangkat dan jabatannya, tapi bergunakah dia
pada sesamanya, adakah konstribusinya dalam kehidupan ini, walau hanya
dengan sepotong ayat, sebait kalimat, atau sejumput nasehat.
Moskow, 17 Mei 2013.
0 komentar:
Posting Komentar